( AMALAN ) RAHASIA BILANGAN "EMPAT PULUH" DALAM SHALAT BERJAMAAH
- Shalat
berjama'ah memiliki banyak keutamaan di bandingkan dengan shalat
sendirian. Bukan hanya keutamaan yang terpaut antara 25 atau 27 derajat,
orang yang melakukan shalat berjama'ah akan mendapatkan ampunan dosa
dari setiap langkahnya menuju masjid. Bahkan siapa yang menjaga shalat
berjama'ah hingga tidak pernah tertinggal dari takbiratul ihram imam
selama 40 hari, maka ia akan mendapat penjagaan Allah dari melakukan
kenifakan sehingga di akhirat akan terbebas dari api neraka.
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik radhiallahu
'anhu, ia mengatakan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ
التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ
النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ
"Barangsiapa yang shalat
karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan
Takbiratul pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua
kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat
kemunafikan." (HR. Tirmidzi, dihasankan di kitab Shahih Al Jami’
II/10894)
Di dalam hadits ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan keutamaan dan janji di atas:
- Melaksanakan shalat dengan ikhlash untuk Allah.
- Shalat tersebut dilaksanakan dengan berjama'ah.
- Menjaga jama'ah selama 40 hari (siang dan malamnya).
- Mendapatkan takbiratul ihramnya imam secara berturut-turut.
Dzahir hadits menunjukkan syarat untuk terus-menerus selama 40 hari,
tanpa diselang dengan absen dari jama'ah atau terlambat. Hal tersebut
didukung oleh hadits yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi dalam Syu'abul
Iman, dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu:
مَنْ وَاظَبَ عَلَى
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَةِ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً لا تَفُوْتُهُ
رَكْعَةٌ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا بَرَاءَتَيْنِ، بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ
وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
"Siapa yang menekuni (menjaga
dengan teratur) shalat-shalat wajib selama 40 malam, tidak pernah
tertinggal satu raka'atpun maka Allah akan mencatat untuknya dua
kebebasan; yaitu terbebas dari neraka dan terbebas dari kenifakan." (HR.
Al-Baihaqi, Syu'abul Iman, no. 2746)
Kata "Muwadhabah"
menuntut dilakukan berturut-turut dan tidak diselang dengan absen dari
berjama'ah atau masbuq (terlambat) sehingga tidak mendapatkan takbiratul
ihram imam.
Kesimpulannya, pahala yang disebutkan dalam hadits
hanya bagi orang yang telah melaksanakan shalat berjama'ah selama 40
hari dan mendapatkan takbiratul ihram imam secara terus menerus. Dan
diharapkan bagi setiap orang yang berusaha mendapatkan takbiratul ihram
imam dalam jama'ah mana saja (di masjid jami' atau di mushala) supaya
mendapatkan pahala yang dijanjikan itu dan tidak dikurangi sedikitpun.
Tapi, tidak diragukan lagi seseorang mendapatkan pahala sesuai dengan
kemampuannya. "Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang
berbuat baik".
( Makna takbiratul ihram imam )
Ada
yang berpendapat, di antaranya Mula al-Qaari dalam al-Mirqah, bahwa
maksud mendapatkan takbiratul ihram imam bisa mengandung makna
mendapatkan raka'at pertama imam, yaitu sebelum imam ruku'. Yang berarti
dia mendapatkan shalat secara lengkap dan sempurna bersama jama'ah yang
ditandai dengan mendapatkan rakaat pertama. Namun menurut pengarang
Tuhfah al-Ahwadzi, bahwa pemahaman ini jauh dari benar. Yang lebih rajih
adalah memahaminya sesuai dengan dzahir nashnya. Hal ini sesuai dengan
perkataan Abu Darda' radliyallah 'anhu secara marfu' ke Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam,
لِكُلِّ شَيْءٍ أَنْفٌ ، وَإِنَّ أَنْفَ الصَّلَاةِ التَّكْبِيرَةُ الْأُولَى فَحَافِظُوا عَلَيْهَا
"Setiap sesuatu memiliki permulaan. Dan permulaan shalat adalah takbir
pertama (takbiratul ihram), maka jagalah takbir pertama itu."
(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah)
Sa'id bin Musayyib pernah
berkata, "Aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat
(berjama'ah) selama 50 tahun. Aku juga tidak pernah melihat punggung
para jama'ah, karena aku berada di barisan terdepan selama 50 tahun."
(Hilyah Auliya: 2/163)
Dalam keterangan yang lain beliau pernah
menyatakan, "Sejak tiga puluh tahun, tidaklah seorang mu'adzin
mengumandangkan adzan kecuali aku sudah berada di masjid."
Muhammad bin Sama'ah at Tamimi rahimahullah menyatakan selama empat
puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihramnya imam, kecuali
ketika ibunya meninggal."
Orang yang bersemangat untuk
mendapatkan takbiratul ihram imam dalam setiap shalat menunjukkan
kuatnya agama atau keimanan orang tersebut. Karenanya, hendaknya seorang
muslim mendidik dirinya untuk menjaga syiar Islam yang agung ini,
memperhatikan dan menjaga shalat berjamaah serta berusaha mendapatkan
takbir pertama imam.
No comments:
Post a Comment