Monday, 3 December 2012

( HIKMAH ) HEBATNYA SHALAWAT DENGAN CINTA

- Rasulullah adalah habibullah (Hamba yang sangat dicintai Allah). Kita pun mencintainya dengan sepenuh jiwa. Bahkan keimanan kita mewajibkan untuk lebih mengutamakan kecintaan kepada beliau daripada kecintaan kepada anak, orang tua, diri sendiri, dan manusia seluruhnya. Para sahabat Ridhwanullah 'Alaihim telah menunjukkan kecintaan kepada beliau yang tak
ada tandingnya. Apapun kan dikobrankan demi melindungi diri beliau. Segalanya kan diberikan untuk menebus diri beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Hewan, tumbuhan, batu, dan gunung tak mau ketinggalan; mereka telah menunjukkan kecintaan dan penghormatan kepada beliau yang sangat sepanjang zaman

Mentaati beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini merupakan tanda paling utama yang menunjukkan benarnya kecintaan kepada beliau. Allah Ta'ala berfirman,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (QS. Al-Nisa': 80)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang kewajiban mentaati beliau,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Ali Imran: 31)

Al-Imad Ibnul Katsir berkata dalam tafsirnya, "Ayat yang mulia ini menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak berada di atas jalan hidup Nabi Muhammad, bahwa ia berdusta dalam pengakuannya pada saat itu juga. Sehingga ia mengikuti syariat Nabi Muhammad dan dien Nawabi (Islam yang beliau bawa) dalam semua perkataan dan perbuataannya

Satu, Cinta kepada Allah tidak cukup hanya pengakuan. Tapi harus disertai pembuktian. Dan tanda bukti nyatanya adalah mengikuti utusan-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam semua keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya, dalam pokok agama dan cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Maka siapa yang mengikuti Rasul itu menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak mengikuti Rasul, ia tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Karena kecintaan kepada Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal itu tidak ditemukan pada seseorang, menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada Allah, ia dusta dalam pengakuannya.

Kedua, cemburu atas beliau dan ajarannya. Marah jika kehormatan beliau dan agama yang beliau bawa direndahkan. Kecemburuan ini menuntut realisasi nyata, tidak cukup hanya dengan perkataan semata. Misalnya, membuat bantahan terhadap syubuhat buruk yang dialamatkan kepada beliau dan sunnahnya, melakukan tuntutan dan perlawanan kepada mereka yang sengaja melecehkan beliau baik yang melalui lukisan karikatur, pembuatan film, dan semisalnya.

Ketiga, mengagungkan dan memuliakan pribadi beliau dan tidak meremahkan sunnahnya. Karena ada sebagian manusia yang mengklaim cinta Nabi, tapi ia mengejek orang yang menghidupkan sunnahnya seperti memanjangkan jenggot, tidak isbal dalam berpakaian, bersiwak, dan lainnya. Selayaknya orang yang cinta kepada beliau ia semangat menghidupkan sunnahnya. Sebuah keharusan, memuliakan beliau sekaligus sunnahnya. Dan di antaranya bentuk pemuliaan, tidak memanggil beliau dengan namanya semata tetapi dengan menisbatkan kepada nubuwah dan risalah serta menyertakan shalat dan salam atasnya.

Keempat, memperbanyak bacaan shalawat kepada beliau. Karena siapa yang mencintai seseorang pastinya ia sering menyebut namanya. Maka siapa yang cinta kepada beliau ia sering membacakan shalawat dan salam kepadanya. Sesungguhnya bershalawat kepada beliau mengandung keberkahan, doa, pengagungan, dan pemuliaan.

Kelima, sering mengingat beliau, rindu dan berharap perjumpaan dengan beliau di surga. Terdapat dalam satu hadits, "Di antara umatku yang sangat mencintaikku adalah mereka yang hadir sesudahku, salah seorang mereka menginginkan kalau saja bisa melihatku dengan membawa keluarha dan hartanya." (HR. Muslim)

Adalah Bilal, saat berada di pembaringan kematiannya mengatakan: "Besok aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta, Muhammad dan para sahabatnya."

Keenam, mencintai apa yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam cintai dari jenis manusia, makanan, minuman, perkataan, tempat, waktu, dan selainnya. Inilah kecintaan yang sempurna. Karenanya kita mencintai keluarga beliau secara keseluruhan dan para sahabatnya yang mulia.

Ketujuh, berkahlak dengan akhlak yang dimilikinya dan meniti jalan hidup yang telah ditempuhnya. Karena dalam perjalanan hidupnya terdapat keteladanan yang mulia.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)

Sesungguhnya beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah Al-Qur'an yang berjalan di tengah-tengah manusia. Semua perkataan dan perbuatannya adalah terjemahan aplikatif dari kitab suci yang mulia. Karenanya, selayaknya kita meniru akhlak Nabi, mengikuti jalan hidup dan petunjukkan dalam makan, minum, tidur, bermu'amalah, dan dalam segala hal. Semua ini merupakan bentuk kecintaan kepada beliau yang sesungguhnya. Wallahu Ta'ala A'lam.

No comments:

Post a Comment