Saturday, 2 March 2013

Kisah Nabi Khidir as










Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”, malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.

Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.

Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.

“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.

Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.

Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.

Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.

Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.

Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.

“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”

Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.

Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.

Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”

Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.

(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”

Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.

1. Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.

2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri. Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258. (Salafy Tobat)

sumber : http://www.kaskus.co.id/post/50d7b9c77d1243036f000002#post50d7b9c77d1243036f000002

Keluhan Kita dan Jawaban Allah

Saat ini, kita banyak menjumpai acara-acara motivasi, baik itu berbentuk talkshow televisi, seminar ataupun berbentuktulisan seperti buku-buku motivasi yang dikarang oleh para motivator ulung, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari banyak acara dan buku-buku tersebut, bisa kita peroleh dengan gratis seperti talk show Bapak Mario Teguh di televesi atau dengan tiket masuk seminar yang harus ditebus dengan harga jutaan rupiah. Tujuannya hanya satu: agar kita termotivasi dalam hidup sehingga kita dapat mencapai level kebahagiaan yang kita dambakan.
Para motivator tersebut bisa jadi mendapatkan kemampuan dan pengetahuan dari berbagai sumber. Mereka bisa memperolehnya dari pengalaman pribadi, anugerah kemampuan berbicara yang mempesona, atau bisa juga karena mempelajarinya dengan intensif. Akan tetapi, kita kadang kala melupakan, bahwa sumber motivasi yang terbesar yang bisa kita dapatkan adalah berasal dari Sesuatu yang sangat dekat dengankita, sesuatu yang “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Surat Qaf, 16).Ya, kita sering melupakan, bahwa sumber motivasi terbesar, justru berasal dari Tuhan yang telah memberikan jauh lebih banyak dari sejuta motivator ulung dijadikan satu.

Mungkin anda bertanya “apakah benar?”. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengulas sedikit hal yang penulis ketahui mengenainya. Dalam tulisan ini, kita akan bersama-sama mengulas tentang berbagai macam permasalahan yang kita sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu rasa pesimis, rasa lelah, rasa ketidakmampuan diri, frustrasi atau stress, putus asa karena melakukan hal yang (kita pikir) tak berguna, serta perasaan sendiri.

Hal pertama yang akan kita bahas dalam artikel sederhana ini adalah rasa pesimis. Tak bisa dipungkiri, pasti dalam kehidupan kita, kita pernah dihinggapi rasa pesimis dalam berbagai keadaan dan tingkatan. Mungkin diantara kita pernah terbersit dalam hati atau mengucapkan kalimat-kalimat seperti “Ah, tak mungkin.” Atau “Hal ini tak mungkin terjadi” atau bisa juga “saya tak akan mungkin menjadi seperti itu”. Penulis pernah membaca sebuah pernyataan menarik tentah pesimis. Pernyataan tersebut adalahpesimis adalah kufur kecil. Loh? Kenapa kok pesmisi adalah kufur kecil? Mari kita renungi bersama.

Kata pesimisme berasal dari bahasa Latin pessimus yang artinya terburuk. Penganut paham ini akan melihat bahwa hidup selalu berisi kejahatan , walaupun sebagian dari mereka bersikap pesimis hanya di saat-saat tertentu. Ciri- ciri pesimis yang paling adalah mudahnya kita berputus asa dan merasa bahwa suatu hal yang kita dambakan tak munngkin akan terwujub. “Nah, Lalu apa hubungannya dengan pernyataan pesimis adalah kufur kecil?”. Dengan berpandangan bahwa sesuatu tak mungkin kita capai, berarti kita menafikan segala kemungkinan yang dapat membuat keinginan itu menjadi kenyataan. Kita percaya bahwa, hal tersebut tak mungkin tercapai karena alasan apapun. Walau Tuhan sekalipun. Jelaslah, kenapa pesimis diartikan sebagai kufur kecil karena secara tidak langsung kita menafikan keberadaan Allah yang tentu saja, sangat memiliki kemampuan untuk merubah segala hal.

Untuk permasalahan ini, bagi kita yang merasa pesimis akan sesuatu hal, Allah menjawabnya dengan sangat ringkas, padat, dan jelas “ Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. KehendakNya pada sesuatu, akan terjadi tanpa jarak rentang waktu maupun ruang.” (Yasin 82)Ketika rasa pesimis menyelimuti hati, maka ingatlah jawaban Allah tersebut. Dan bukankah dalam lain kesempatan Allah juga mengatakan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11. Dalam ayat tersebut, bukan hanya dianjurkan kewajiban kita untuk berusaha, tapi juga agar kita selalu percaya, bahwa Allah MAMPU merubah segala sesuatu. Bahwa Allah dapat mewujudkan sesuatu yang tak mungkin. Bahwa Allah bisa mengeluarkan sapi hitam dari sapi putih, juga mengeluarkan sapi putih juga sapi hitam. Oleh karena itu saudaraku, Ingatlah Allah ketika kita dihinggapi rasa pesimis.

Hal kedua adalah rasa lelah yang datang ketika kita mengerjakan sesuatu. Saya yakin bahwa kita pernah merasakan perasaan ini ketika kita dihadapi oleh keadaan yang menguras fisik maupun mental. Bagi para suami mungkin mereka merasa lelah ketika mereka pulang kerumah setelah seharian bekerja, atau bagi para ibu yang mungkin lelah dengan pekerjaan rumah mereka serta anak yang merengek tiada henti, atau juga pelajar yang merasa lelah karena belajar hingga larut malam ketika menghadapi ujian. Tak bisa dipungkiri, rasa lelah pasti datang karena manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan ketika kita merasa lelah? Allah menjawab dengan penuh kasih sayang “Aku ciptakan tidurmu untuk istirahatmu”. (An-Naba’: 9). Ya, Allah begitu bermurah hati kepada kita, Ia menciptakan malam dan siang sehingga kita bisa bekerja di siang hari dan malam untuk beristirahat. Tapi, apakah hanya sebatas itu? Tentu saja penafsiran ayat tersebut tak bisa hanya dibatasi pada makna literalnya saja. Ayat tersebut bisa dimaknai dalam berbagai konteks“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (Al-Insyiraah: 5). Setelah malam pasti berganti siang, dan setelah kesusahan pasti akan berganti kesenangan. Saat kita lelah, capai karena berbagai macam kegiatan, maka ingatlah, bahwa itu adalah sunnatullah. Dan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang menganugerahkan kita waktu-waktu tertentu untuk beristirahat, dan Allah pasti mendatangkan kesenangan setelah kesusahan dan kesedihan yang melanda. Jadi, Cheer up brothers and siters.

Permaslahan ketiga yang sering kita hadapai dalam kehidupan sehari-hari adalah perasaan ketidakmampuan untuk melewati segala macam masalah. Setiap oran pasti memiliki permasalahan walaupun dalam intensitas dan level yang pastinya berbeda-beda. Petani mungkin memiliki masalah ketika mereka gagal panen, sementara di lain sisi pelajar mendapatkan masalah ketika akan menghadapi ujian akhir. Bisa juga sisi berbeda suami mendapatkan masalah ketika ia terkena kebijakan pemutusan kerja atau anak kecil memiliki masalah ketika mainan yang dimilikinya rusak. Ya, permasalah tak akan pernah lepas dari kehidupan kita.

Ketika masalah-masalah itu datang, orang-orang berbeda menghadapinya. Ada yang maju tak gentar lalu mencoba untuk menyelesaikannya, ada yang menyerah dengan keadaannya, atau menghindari permasalahan tersebut. “lalu. Ketika saya mendapatkan masalah, apa yang harus saya lakukan?” mungkin adalah pertanyaan lumrah. Tak usahlah kita pusing-pusing pergi ke psikiater atau psikolog, karena Allah telah menjawab dalam “Allah tidak membebankan sesuatu pada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”. (al-baqarah: 286)

Permasalahan ada bukan tanpa sebab, dan permasalahan ada karena pasti ada jalan keluarnya. Itulah janji Allah pada kita, dan memang pada kenyataannya begitu. Hanya mungin kadang kita tak memiliki keberanian yang cukup untuk melwati masalah-masalah yang kita hadapi. “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai, maka tegaklah.” (al-insyiraah 6-7) masalah adalah kesulitan, dan hasil yang kita dapat setelah menyelesaikan masalah adalah kemudahan.

Kita tak akan bisa berleha-leha membaca buku pada malam hari jika Thomas Alfa Edison menyerah ketika ia mendapatkan masalah karena lampu pijar yang ia ciptakan tak kunjung berfungsi. Kita juga mungkin harus menempuh jarak 100 KM dengan beberapa hari jika Ferdinand Verbiest menyerah ketika ia membuat konsep mesin uap yang akhirnya dippulerkan oleh Nicolas-Joseph Cugnot lalu di modifikasi oleh Karl Benz untuk membuat mobil bermesin bensin. Ya, semua permasalahan pasti ada akhirnya, setiap kesulitan menyembunyikan kemudahan jika kita berhasil melaluinya, seperti setelah malam maka siang akan muncul. Karena “Allah tidak membebankan sesuatu pada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”. (al-baqarah: 286)


sumber : http://www.kaskus.co.id/post/50fd3eb4197608a06e000006#post50fd3eb4197608a06e000006